-->

Sejarah Mbah Sutojiwo Bondo, Jepara


Sebelum memasuki Pantai Bondo, sebelah kanan jalan ada sebuah petilasan Mbah Sutojiwo atau Eyang Sutojiwo disana terdapat patung seorang laki-laki sedang duduk dengan pakaian seperti dalang lengkap dengan blangkonnya . Berdasarkan informasi baik dari internet maupun langsung dari warga sekitar. Eyang Sutojiwo adalah seorang anak seorang bangsawan dari Mataram. Sekitar abad ke-16 Mbah Sutojiwo bersama adiknya Sutowijoyo meninggalkan Mataram mengembara hingga sampai wilayah Jepara.

Dalam perjalanan Mbah Sutojiwo, ia berhenti dibawah pohon ketapang dan berteduh sejenak karena hari mulai panas. Pada saat mengantuk terdengar suara burung berkicau dengan merdu,Mbah Sutojiwo kemudian berdiri dan mencari dari mana suara itu berasal.

Karena keinginannya untuk memiliki buruk perkutut berwarna putih bersih tersebut Mbah Sutojiwo sampai berhari-hari diam di tempat tempat tersebut. Dan ketika bulan purnama tiba-tiba ia di datangi seorang laki-laki berjubah hitam. Kemudia ia bertanya kepada sosok berjubah hitam dihadapannya, Orang itu menjawab bahwa dia adalah Kyai Ireng.

Pada awalnya Mbah Sutojiwo tidak berterus terang tentang keinginannya untuk memiliki burung tersebut, tapi akhirnya ia bercerita dan gayung pun bersambut. Kyai Ireng mengatakan bahwa burung perkutut berwarna putih bersih itu adalah piaraan Kyai Ireng. Sutojiwo boleh memelihara burung tersebut asal mau memperistri anak Kyai Ireng yang buruk rupa.

Sesaat Sutojiwo terdiam, namun akhirnya ia bersedia memperistri anak Kyai Ireng. Kyai Ireng lalu menyuruh Sutojiwo untuk menemui calon istrinya. Sutojiwo bingung karena setelah masuk ternyata tidak ada manusia dan anehnya diatas tempat tidur terdapat burung perkutut putih yang ia sukai. Ketika burung itu dipegang, tiba-tiba petir menyambar dan turun hujan, asap tebal menyelimuti burung itu dan dalam sekejap burung itu berubah menjadi seoarang wanita cantik berkulit putih. "itulah Dewi Kukilowati istrimu" kata Kyai Ireng. Sutojiwo kemudian diberi jubah berwarna hitam sama dengan yang dipakai Kyai Ireng. Saat jubah dipakai Sutojiwo tidak kelihatan wujudnya, setelah itu Kyai Ireng pun menghilang.

Suatu hari Sutojiwo teringat mempunyai teman yang namanya Ibrahim Tunggul Wulung, yang pernah mengajak kerumahnya tapi dia tidak mau, karena belum tercapai keinginannya. Ia ingin berkunjung ke rumah Ibrahim Tunggul Wulung yang jaraknya kurang lebih 1 km ke arah timur.

Setelah sampai ia bertemu dan berbincang-bincang berhadapan seperti tamu biasa. Tapi Ibrahim Tunggul Wulung tidak bisa melihat wajah atau wujud Sutojiwo hanya saja Ibrahim Tunggul Wulung mengenal suara Sutojiwo.

Sampai beberapa minggu Mbah Sutojiwo sering mendatangi dan ngobrol di rumah Ibrahim Tunggul Wulung dan lama kelamaan akhirnya sudah tidak pernah lagi. Sejak itulah Mbah Sutojiwo menghilang entah kemana perginya tidak ada seorangpun yang tahu.

Begitulah sejarah, cerita atau riwayat Mbah Sutojiwo di desa Bondo. Banyak sumber dan versi namun memiliki banyak kesamaan. Sampai sekarang tempat tersebut menjadi tujuan berziarah orang-orang dari berbagai kota yang memiliki hajat atau permintaan.

Sumber : http://www.ticjepara.com/index.php/kumpulan-berita/item/337-petilasan-mbah-suto-bondo
                http://www.soearamoeria.com/2015/05/cerita-mbah-sutojiwo-bondo-jepara.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel